Halaman 9 Kolom 4
Harian Pagi (12/06)
ia menyayat uratnya dengan tulang berkarat. sebelum sempat terlunaskan segala dendam. mimpinya tergeletak begitu saja. menguap. perempuan itu bicara dengan tuhannya. tuhan paling sunyi yang menangis di sudut langit. tuhan memohon kepada perempuan itu agar berhenti berdoa. sebab doa hanya keluhan. perempuan itu bicara lagi dengan tuhannya. tentang kemaluan laki-laki yang muntahkan angan-angan. atau anak-anak dendam. bagi perjalanan yang terlampau suram. tuhan diam. "aku tak berkelamin," katanya.
ia sudah menyayat uratnya. benar-benar menyayat. dan mati. segala tuhan bergelayut di atas jasadnya. perempuan itu diam. mencari-cari di antara mereka. ada yang terlupakan. satu yang tak berkelamin. yang menciptakan kelamin. satu yang tak mau diduakan. yang menciptakan dua. tiga. empat. dan seterusnya.
ia telah mati. sungguh. orang-orang tak ingat. siapa yang telah membunuhnya. bukan tuhan. tapi tulang berkarat. ahai, tulang berkarat atau tuhan?
ia sudah menyayat uratnya. benar-benar menyayat. dan mati. segala tuhan bergelayut di atas jasadnya. perempuan itu diam. mencari-cari di antara mereka. ada yang terlupakan. satu yang tak berkelamin. yang menciptakan kelamin. satu yang tak mau diduakan. yang menciptakan dua. tiga. empat. dan seterusnya.
ia telah mati. sungguh. orang-orang tak ingat. siapa yang telah membunuhnya. bukan tuhan. tapi tulang berkarat. ahai, tulang berkarat atau tuhan?
0 komentar:
Post a Comment