hampir tak dapat kualamatkan
ketika petakpetak itu menjadi pemukiman
yang rajin kau kunjungi
setiap waktu:
"aku ingin menanam rindu di matamu."
aku menjadi liar dalam pedar
seperti kau yang kian binal
pandai memikat syahwat
maaf syahwatku bisu
maaf syahwaktu buta
maaf syahwaktu lumpuh
aku masih ingin sekali lagi
dan selagi kau melintas di sini
dengan selembar angin taman kota
kenapa kau tak singgah jua?
barang sesaat
barang sekala, sebab:
"aku masih ingin bercocok di matamu
yang ladang itu."
tapi ladangmu tak seperti dulu, kini
setelah kelebatmu yang terakhir
mengentak pemukiman itu. kemarilah
meski ladangmu mulai kering
dan kau jadi layu sendiri
biar kutanam rindu ini
di jantungmu saja
*februari, 2005
____________________________
dimuat HU Surabaya Pos, 17 April 2005
25.10.07
Share This To :
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment