10.9.06
0 komentar

Menimbang Ulang Keterkaitan Ruang dan Cinta

Judul Buku : The Feng Shui of Love
Penulis : T. Raphael Simons
Alih Bahasa : Deloni Haris Mareta
Penerbit : Baca, Yogyakarta
Edisi I : Agustus, 2005
Tebal : 366 halaman

DI pentas sejarah bangsa-bangsa dunia, China adalah salah satu bangsa yang memiliki sejarah peradaban dan kebudayaan tertua yang layak diperhitungkan sampai sekarang. Catatan historis yang ada menyebutkan bahwa perkembangan peradaban China telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum Masehi dan mengilhami bermacam penemuan awal di segala lini kehidupan. Pada fase antara tahun 2000 SM sampai tahun 1000 SM, bangsa Tiongkok kuno telah mengenal berbagai disiplin ilmu, seperti ketabiban, ketatanegaraan, seni dan sastra, ekonomi, teknologi, dll.
Satu hal yang tak mungkin terlewatkan di antaranya adalah terciptanya ilmu astrologi serta analisis tata letak ruang yang dikenal dengan nama Feng Shui yang sangat kental dipengaruhi oleh ajaran Tao dan Confusius. Secara etimologis, kata Feng Shui sendiri berasal dari gabungan kata Feng yang berarti angin dan Shui yang berarti air. Namun, bisa juga gabungan kata Feng dan Shui ini dimaksudkan untuk menyimbolkan dua oposisi biner kekuatan Yin dan Yang yang meniscayakan keselarasan dalam siklus kosmos.
Jika dianalisis per kata, didapat pemahaman kemungkinan besar ilmu ini muncul dan berkembang sebelum bangsa Tiongkok kuno mengenal kompas, yaitu penentuan kondisi suatu tempat yang baik, misalnya untuk mendirikan rumah, pada mulanya hanya melihat perpaduan unsur angin dan air. Konon para raja Tiongkok kuno sangat mempercayai kebenaran ilmu ini sehingga tak sedikit para pakarnya diangkat menjadi penasihat kerajaan. Para pakar astrologi saat itu dianggap memiliki kedudukan penting karena diyakini memiliki kekuatan supranatural (supernatural power) dan mengetahui rahasia alam. Namun demikian, Feng Shui tidak hanya berasaskan pada "bisikan gaib" semata, tetapi juga berkonsep pada penalaran yang sangat logis dan empiris.
Secara singkat logika dasar yang dipakai Feng Shui adalah bahwasanya alam ini tersusun dari gabungan berbagai unsur yang berada dalam suatu dimensi ruang dan waktu yang dinamis karena adanya energi yang saling bereaksi satu sama lain secara alami menuju keseimbangan. Manusia yang hidup di alam ini pun mempunyai energi. Jika seseorang tinggal di suatu tempat yang mempunyai energi baik serta perpaduan unsur yang cocok, orang itu akan mendapat pengaruh yang baik, begitu pula sebaliknya.
Untuk itu, ketertarikan pada Feng Shui saat ini bukanlah hal yang aneh. Namun, secara umum Feng Shui yang ada sekarang adalah Feng Shui yang membicarakan tentang bangunan. Bahkan tak sedikit kalangan arsitek, baik di Timur maupun Barat, mulai mempelajari dan menggunakan Feng Shui dalam merencanakan dan membuat blue print bangunan. Hal ini dapat kita amati dari sekian buku yang membincangkan masalah Feng Shui yang beredar di pasaran, hampir semuanya adalah Feng Shui yang berkaitan dengan seni arsitektur.
Berbeda dengan buku bertajuk The Feng Shui of Love karya T Raphael Simons ini. Di sini penulis tak hanya berkutat pada penerapan Feng Shui sebagai ilmu arsitektur saja. Lebih jauh, Simons juga mencoba menerapkan metodologi Feng Shui dalam mengatur kehidupan cinta seseorang. Bisa jadi, ikhtiar Simons dalam buku ini bertujuan untuk menyeimbangkan kehidupan jasmani dan rohani manusia.
Sebab, pada kenyataannya kehidupan seseorang tidak melulu pada kepuasan material semata. Di sisi lain, kepuasan cinta yang justru menjadi kebutuhan fundamental manusia harus diperhatikan. Faktanya, tak jarang kita dengar berita seorang kaya menjadi "gila" meski ia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya jauh lebih dari sekadar cukup, tapi kehidupan cinta khususnya di tengah keluarga terasa kering. Di sinilah nilai penting buku yang diklaim disusun berdasarkan metode empat tiang yang terkenal dengan dua belas shionya (Tikus, Kerbau, Macan, kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Ayam, Monyet, Anjing, dan Babi) ini ditulis; bahwa kebutuhan materi harus seimbang dengan kebutuhan rohani.
Simons yang pernah menulis buku bestseller Feng Shui Step by Step dan Feng Shui Strategies for Bussines, adalah seorang praktisi Feng Shui internasional yang sudah melalang buana dari New York, Jerman, Austria, bahkan Swiss. Dia kini menjabat sebagai Doktor Fengs Shui Educational Society.
Dalam buku ini, Simons mengombinasikan astrologi China dan Feng Shui dalam dua bagian. Di bagian pertama ia membahas trik bagaimana mengungkap gaya kepribadian seseorang, barulah di bagian kedua buku ini Simons mengulas bagaimana langkah menata ruang yang baik. Sebab, antara penataan ruang dan suasana hati atau cinta meniscayakan keterkaitan yang erat. Menurutnya, tingkatan pikiran kita pada dasarnya adalah sebuah tingkatan energi. Kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, kedamaian, dan cinta adalah kualitas energi yang secara otomatis kita transfer ke lingkungan kita (hlm 4).
Dalam pemahaman Tao, cinta adalah interaksi yang damai antara kekuatan-kekuatan alam. Jika kita mengikuti pemahaman ini, sebaiknya kita mulai mentransformasi cinta dalam diri kita sendiri dengan memelihara kelembutan, cinta, dan rasa kasih sayang. Kata kuncinya adalah dengan mengembangkan batasan yang sehat dengan optimisme tinggi. Jika kita pernah merasakan kegagalan cinta, sebaiknya kita biarkan pengalaman menyakitkan itu berlalu dalam sejarah. Kita tak perlu membenci orang-orang yang menyakiti diri kita dan bertindak self-defeating.
Selanjutnya, kita juga dituntut untuk merefleksikan sejauh mana lingkungan memengaruhi kondisi jiwa kita. Sangat jelas bahwa kita semua tidak sama. Tiap-tiap individu tentu memiliki cara yang berbeda dalam mencerap pengalaman dari lingkungannya.
Tak dapat dimungkiri, lingkungan (rumah, kantor, tempat-tempat belanja, dll) memiliki potensi besar dalam membangun karakter kepribadian seseorang. Dalam pengertian yang lebih luas, semua makhluk yang dapat melihat dan merasakan turut terlibat dalam sebuah wilayah psikis semesta. Wilayah inilah yang melatarbelakangi kepribadian kita.
Alhasil, buku yang di bagian akhir dilengkapi dengan Talisman ini cukup menarik untuk dijadikan sebagai bahan panduan menciptakan suasana hati serta lingkungan tempat tinggal pribadi yang penuh makna. Buku ini juga cukup membantu siapa saja yang sampai saat ini masih penasaran dengan ilmu Feng Shui. Selamat mencoba.

Moh Fahmi Amrulloh, penulis lepas asal Jombang.

0 komentar:

 
Toggle Footer
Top