14.10.06
0 komentar

puisi = TUBUH

yang penuh luka itu
sebelum subuhmu merajang laknat
penuh sayatan berbilah-bilah
tak berjumlah
ada yang tertinggal di seprei
sehelai rambut jadi kawat api
sama tak padamnya seumpama birahi
membakar sangkar di ranting
musim dingin

lalu kupanggil seorang penyair
mengendap lewat
jendela
menyulam sajak dari kawat api

aku bersumpah jika tubuhku tak lagi gairah
setelah kusuruh bibirmu yang lain
membaca sajak
sajakku yang gelap dan licin
seperti lubang mulut itu
sajak yang asin

maka dua tubuh yang bersijajar
dan si penyair, tentu saja
serupa maling

*2006

0 komentar:

 
Toggle Footer
Top